GABUNG DISINI untuk Meningkatkan Trafic Blog MU.....

Sabtu, 30 April 2011

Menyembah Yang Maha Kuasa

 Kuliah dari KiAgeng Suryomentaram


Orang sering ingin menyembah dan merasa sudah menyembah pada Yang Kuasa. Hal itu terdorong oleh berbagai ajaran yang diperolehnya. Salah satu ajaran menerangkan bahwa rumah itu ada pembuatnya yakni manusia, maka bumi dan langit dengan semua isinya pasti ada juga pembuatnya, yaitu Yang Kuasa. Ia dinamakan Yang Kuasa sebab ia kuasa membuat apa saja yang tak mungkin dibuat oleh manusia. Bahkan Yang Kuasa itu pun memberikan hidup serta penghidupan jiwa dan raganya. Malah, anak, istri, dan suaminya juga pemberian Yang Kuasa. Angin, hujan, matahari dan lain-lain termasuk pemberian Yang Kuasa.

Oleh karena Yang Kuasa itu yang memberikan segala sesuatu, maka pantas sekali jika orang memohon dan menghaturkan terima kasih kepadanya. Andaikata ia tidak diberi matahari, betapa besarnya biaya langganan listrik Aniem (nama perusahaan listrik zaman kolonial Belanda) yang harus dibayarnya. Oleh karenanya orang lalu menyembah dan memohon kepada Yang Kuasa.

Adapun cara menyembahnya berbagai macam. Ada yang dengan membakar dupa/kemenyan di depan pohon besar. Ada yang memberi sesajen di jalan perempatan (simpang empat). Ada yang memuja sesuatu dan sebagainya.

Menyembah Yang Kuasa dengan menghaturkan terima kasih tidak selalu dapat dijalankan, karena pada waktu orang menderita sakit atau mengalami kesusahan, ia tidak yakin bahwa sakitnya dan kesusahannya itu pemberian Yang Kuasa, sehingga ia mengurungkan niatnya. Pikirnya, mustahil Yang Kuasa memberikan sakit dan kesusahan pada umatnya. Perbuatan itu bertentangan dengan kekuasaannya yang bisa dianggap sewenang-wenang.

Apabila timbul masalah seperti di atas, orang lalu diberi penjelasan, bahwa pemberian yang lebih baik dari Yang Kuasa ialah setelah orang meninggal dunia. Apabila ia menyembah dengan sungguh hati, ia akan memperoleh kemuliaan abadi setelah mati.

Di sini maksud menyembah sudah berubah. Kalau maksud semula untuk menghaturkan terima kasih, sekarang untuk memperoleh kemuliaan setelah mati, dengan kata lain sebagai sogokan. Lagi pula orang menderita kesusahan pada waktu sekarang, sabarkah ia menanti kemuliaan setelah mati. Tentu tidak, sebab daya upayanya mengatasi kesusahan belum habis.

Dalam persoalan di atas kepada orang itu diajarkan lagi, apabila ia benar-benar memohon sepenuh hati kepada Yang Kuasa, pasti akan dikabulkan keinginannya dalam hidupnya sekarang. Peribahasanya: siapa patuh akan dikaruniai.

Hal tersebut jika dipikirkan, jelas tidak nalar. Karena kalau semua permohonan bisa dikabulkan, jagat dengan semua isinya menjadi kacau. Misalnya petani mohon hujan, sedang pemain ketoprak mohon cuaca terang. Sulitlah dua macam permohonan yang bertentangan itu dilaksanakan. Maka menyembah demikian itu tidak masuk di akal.

Jadi, menyembah dengan maksud menghaturkan terima kasih, tidak dapat dilakukan bila orang sedang sakit atau susah. Menyembah dengan maksud memperoleh kemuliaan setelah mati, orang pasti tak sabar menanti. Menyembah dengan maksud agar dikabulkan permohonannya, pasti tidak dapat terkabul semua.
Adapun cara menyembah yang masuk di akal, ialah apabila orang mengerti:

1. Yang menyembah itu apa

2. Yang disembah itu apa

3. Bagaimana cara menyembah

Supaya jelas, ketiga hal tersebut perlu diteliti.


1. Yang Menyembah

Tanpa meneliti dengan cermat, orang menyatakan, bahwa yang menyembah adalah orang. Pernyataan tersebut tidak jelas, karena jika yang diartikan orang, ialah setiap orang yang berwatak menyembah, maka kita tidak perlu lagi bersusah payah, dengan sendirinya sudah menyembah. Padahal kenyataannya tidak demikian.

Kenyataannya yang menyembah adalah orang yang sedang malang hidupnya. Karena kalau ia sedang mujur, beruntung, ia tidak menyembah. Jadi yang menyembah ialah yang merasa sial nasibnya.

Di sini timbul dua macam pertanyaan. Pertama bagaimanakah orang merasa sial? Dan kedua, apa pula yang menyebabkannya merasa sial?

Orang merasa sial tatkala mendapat kesulitan, dan merasa tak mungkin terlepas dari kesulitan itu. Sedangkan ia selalu berusaha melepaskan dan menolak kesulitan itu namun tak berhasil. Jadi sial itu sama dengan keinginan tidak tercapai.

Sebagai contoh, orang yang sedang menikmati hidupnya yang sejahtera, merasa umurnya semakin tua, mendekati saat ajalnya tiba. Menurut keinginannya, jangan sampai ia menjadi tua dan mati. Maka ia merasa sial karena keinginannya tak tercapai.

Padahal kesialan itu disebabkan kurangnya pengertian akan kesulitan. Kesulitan adalah akibat dari suatu sebab. Apabila penyebabnya lenyap, akibatnya pasti turut lenyap. Orang yang mengerti demikian itu tidak merasa sial. Ia lalu mencari tahu sebab-musababnya kesulitan. Kurangnya pengertian akan kesulitanlah yang menyebabkan kesulitan.

Jadi yang menyembah ialah yang merasa sial. Yang merasa sial ialah keinginan yang tak tercapai. Dengan kata lain yang menyembah ialah keinginan yang tak tercapai.

Padahal yang menyebabkan orang merasa sial ialah kurangnya pengertian akan kesulitan. Maka bila ia mengerti akan kesulitan, sebab rasa sial itu sirna. Dan bila sebabnya sirna, akibatnya, yakni rasa sial, pasti sirna.

Tadi sudah dikatakan bahwa yang menyembah ialah yang merasa sial. Maka kalau yang merasa sial sirna, berarti yang menyembah sirna. Demikianlah bila mengerti sebabnya kesulitan, yang menyembah pun sirna. Dan bila yang menyembah sirna, yang disembah pun turut sirna. Namun perlu dijabarkan apakah yang disembah itu.


2. Yang Disembah

Menurut keterangan di atas jelas, bahwa bila yang menyembah, yang merasa sial atau yang keinginannya tak tercapai, maka yang disembah tentulah yang merasa berkuasa atau yang keinginannya tercapai.

Misalnya seorang yang sedang memiliki banyak harta benda, ia merasa berkuasa, lalu berhenti menyembah. Malah sebaliknya, ia disembah oleh orang yang keinginannya tak tercapai. Orang berkuasa itu disodori makanan, pakaian, dengan hormat sekali. Lebih-lebih kalau ingin meminjam uang darinya.

Di sini akan saya terangkan proses rasa sial yang mengadakan barang yang disembah. Kalau kita mengerti yang menyembah rasa sial, maka yang disembah ialah yang merasa berkuasa.

Tatkala orang menderita kesusahan, dan ingin menolaknya, ia tidak mencari tahu sebab-musabab kesusahannya, sehingga usahanya menolak kesusahan pun sia-sia. Lalu ia merasa sial, celaka. Rasa sial itu mendorongnya untuk minta pertolongan Yang Kuasa. Dicarinya dukun-dukun atau guru-guru yang dapat menunjukkan jalan untuk menemui Yang Kuasa.

Gambarannya tentang Yang Kuasa ialah sesuatu yang dapat menolongnya menghindari kesulitan. Dibayangkannya bahwa Yang Kuasa itu akan menggunakan kekuasaannya untuk memenuhi permohonannya. Dan Yang Kuasa dapat mencipta sesuatu yang tidak ada, menjadi ada, dan yang ada, menjadi tidak ada. Misalnya Gunung Merapi yang ada dapat dicipta lenyap. Maka orang menggunakan kekuasaan Yang Kuasa untuk memperoleh yang dimintanya.

Yang diminta orang ialah menghindari kesulitan. Kalau kesulitannya berupa utang yang tak dapat ia bayar, ia memohon kepada Yang Kuasa agar utangnya dicipta menjadi lunas. Kalau kesulitannya berupa rindunya terhadap seseorang, ia mohon kepada Yang Kuasa agar orang yang dicintai berbalik mencintai dirinya. Namun yang sering terjadi si pemohon semakin tergila-gila, lupa daratan. Jadi yang dianggapnya Yang Kuasa adalah anggitan si orang yang merasa sial itu.

3. Menyembah

Sebagaimana telah diterangkan bahwa yang menyembah ialah yang merasa sial atau celaka, dan yang disembah adalah gambaran pikirannya sendiri dalam usahanya mencari kuasa. Maka jelas bahwa menyembah adalah tindakan si sial, mencari kuasa atau minta pertolongan pada gambarannya Yang Kuasa. Gambaran Yang Kuasa itu bermacam-macam sehingga bermacam-macam pula cara menyembahnya.

Salah satu gambar Yang Kuasa ialah yang membuat semua benda di atas bumi dan di kolong langit, yang menggerakkan matahari dari timur ke barat, yang menghembuskan angin dan menjatuhkan hujan dan yang menumbuhkan tetumbuhan dan lain sebagainya. Melihat gambaran pikirannya semacam itu, orang lalu merasa dirinya kecil sekali, lemah dan sial. Oleh karenanya ia lalu menyembahnya. Namun bilamana ia mengalami nasib malang, ragu-ragulah hatinya, “Kalau benar-benar berkuasa, mengapa membuat orang bernasib malang.” Ada lagi gambaran Yang Kuasa yang mencipta manusia berikut ajaran baik dan buruk. Bila orang berlaku baik, sesuai dengan ajarannya, nanti setelah mati akan memperoleh kemuliaan. Sebaliknya bila ia berbuat buruk, berdosa, nanti setelah mati akan disiksa. Kalau timbul niat jahat datangnya dari godaan, kalau niat baik datangnya dari Yang Kuasa. Apabila orang kerap melakukan dosa yang membuatnya putus harapan, lalu diadakan peleburan dosa, yakni orang yang banyak berdosa mohon pengampunan dari Yang Kuasa. Tetapi karena seringnya ia berbuat dosa, lalu ditimbunnya dosa yang bertumpuk itu untuk sekaligus dimintakan pengampunannya. Demikian menyembah yang tidak benar.

Menyembah yang benar ialah berdasarkan penelitian dan pengertian. Penelitian itu menunjukkan kepada kita tentang rasa manusia yang menimbulkan rasa enak. Menyembah berdasarkan hasil penelitian itu sebagai berikut. Manusia itu sial atau malang dalam memenuhi keinginannya. Misalnya ia kini muda belia, tidak ingin menjadi tua, namun terpaksa ia harus mengalami tua. Maka siallah baginya dalam menolak usia tua.

Misalnya kini ia hidup tidak ingin mati. Namun terpaksa ia mengalami mati. Maka siallah baginya dalam hal menolak kematian. Misalnya kini ia kaya, memiliki banyak harta dan rumah, dan tidak ingin harta bendanya musnah. Namun ia tidak tahu apakah harta kekayaannya itu bisa lestari. Siapa tahu dalam waktu dekat datang bencana, rumah dan kekayaannya terbakar habis. Maka siallah manusia karena tidak dapat mengetahui kelestarian harta bendanya. Misalnya kini ia berkedudukan tinggi dengan penghasilan besar, tidak ingin kemerosotan keadaannya. Namun siapa tahu bulan mendatang ia dipecat dari pekerjaannya. Maka malanglah manusia untuk mengetahui keadaannya kemudian hari. Misalnya kini ia mempunyai anak dan istri/suami yang serasi dan tidak ingin berpisahan. Tetapi siapa tahu, hari-hari mendatang ia bertengkar dengan istri/suaminya hingga bercerai. Sementara anaknya meninggal dunia. Maka siallah manusia yang tak dapat menjamin kelestarian kerukunan rumah tangganya. Misalnya kini ia punya sahabat karib yang tak ingin terpisahkan. Tetapi siapa tahu esok lusa timbul percekcokan sehingga kawan menjadi lawan, sahabat menjadi musuh. Maka siallah orang yang tak dapat mengetahui kelangsungan persahabatan yang akrab. Misalnya ia kini sehat walafiat, ingin mempertahankan kesehatan itu. Namun siapa tahu esok lusa ketabrak mobil dan patah kakinya. Siallah manusia yang tidak dapat mengetahui nasibnya yang akan datang. Bahkan kesialannya meliputi ketidaktahuannya dan ketidakmengertiannya akan tercapai tidaknya idam-idamannya yang beraneka warna. Andai kata, tak tercapai, apakah tak membuatnya kecewa? Andaikata tercapai, apakah tidak membuatnya khawatir kalau-kalau terlepas lagi? Kalau idam-idaman yang telah dicapai hilang lagi, apakah tidak membuatnya menyesal, sedih, dan takut? Maka setiap orang di mana saja, kapan saja dan bagaimana saja selalu malang sifatnya.

Apabila kita mengerti watak manusia itu sial, maka kita tidak lagi mencari kuasa. Karena kita mengerti, walaupun andaikan kita berhasil menemukan Yang Kuasa, kita sendiri tetap sial, tak berkuasa.

Apabila orang sudah tidak mencari kuasa, ia lalu merasa berkuasa. Kemudian dapat mengerti bahwa rasa sial itu disebabkan oleh rasa butuh. Watak rasa butuh adalah sial. Jadi saban butuh pasti sial. Maka berkuasa itu kalau tidak butuh. Jadi kalau tidak butuh kuasa lalu merasa berkuasa

Jelas penelitian di atas menerangkan bahwa sifat semua manusia selamanya sial. Kesadaran tersebut mengakibatkan kita tidak mencari kuasa. Setelah tidak mencari kuasa, lalu kita merasa berkuasa. Maka buah penelitian tersebut adalah rasa berkuasa. Rasa berkuasa adalah rasa enak.

Jadi menyembah Yang Kuasa yang benar adalah hasil penelitian bahwa sifat manusia itu sial. Sehingga kita tidak mencari kuasa, oleh karenanya lalu merasa berkuasa. Maka menyembah di atas melahirkan rasa berkuasa.

Di sini bersatulah yang menyembah dan yang disembah atau sirnalah yang menyembah dan yang disembah. Yang menyembah ialah yang disembah dan yang disembah ialah yang menyembah. Peribahasa Jawanya, Sirnaning kawula Gusti, atau Loro-loroning atunggal (dua menjadi satu).

Jadi menyembah ialah mengerti bahwa watak manusia itu sial, lalu tidak mencari kuasa yang menimbulkan rasa berkuasa. Maka menyembah adalah merasa berkuasa. Menyembah demikian adalah yang benar.

Maka ada menyembah yang benar dan ada pula yang tidak benar. Menyembah yang tidak benar ialah tatkala orang merasa sial lalu bertindak mencari kuasa yang rasanya tidak enak. Menyembah yang benar yaitu merasa berkuasa.

Di sini timbul masalah dalam menanggapi rasa sial dan rasa kuasa, yang sering diartikan keliru. Rasa sial diartikan keinginan yang tak tercapai dan rasa berkuasa diartikan keinginan yang tercapai, sehingga orang berusaha keras mencari kuasa atau Yang Kuasa. Yakni keinginan yang tercapai.

Pada hakikatnya, rasa sial adalah rasa butuh dan rasa kuasa adalah rasa tidak butuh. Maka itu butuh ialah sial, tidak butuh ialah berkuasa. Jadi rasa berkuasa adalah rasa tidak butuh kuasa, karena mengerti bahwa watak manusia itu sial. Dari itu menyembah yang benar ialah mengerti dan mengawasi sialnya sendiri dengan senang hati.

Setelah berkuasa orang akan senantiasa menyembah secara mengetahui dan menertawai kesialannya sendiri dengan senang hati.

Umpama kita mengetahui diri sendiri sangat takut menjadi tua-renta, padahal mau tidak mau pasti mengalaminya. Kita senang melihat kenyataan manusia itu sial.

Kita mengetahui diri sendiri sangat takut mati, padahal tak dapat menolaknya. Kita senang membuktikan bahwa manusia itu sial.

Kita mengetahui diri sendiri terus-menerus dirundung kekhawatiran dalam usahanya yang keras untuk mempertahankan kejayaannya yang tak terjamin kelestariannya. Melihat kenyataan manusia yang sial itu menimbulkan rasa senang.

Kita mengetahui diri sendiri berkedudukan tinggi dan berpenghasilan besar, lalu berusaha keras untuk mempertahankan keadaan itu. Padahal kita tidak tahu apakah usaha tersebut akan berhasil. Kita senang melihat kenyataan bahwa manusia memang sial.

Kita hidup bahagia bersama anak dan istri dan lalu berusaha keras untuk melestarikannya. Namun kita tidak tahu apakah usaha kita itu akan berhasil. Kita dapat menertawai diri sendiri, lihatlah manusia itu sial.

Kita mempunyai sahabat karib dan berusaha melestarikannya, namun tidak ada jaminannya. Kita dapat menertawai diri sendiri sebagai manusia yang sial.

Kita dalam keadaan sehat walafiat dan berusaha agar keadaan ini tetap. Namun siapa tahu penyakit menyerang sewaktu waktu. Maka diri kita ini sebagai manusia memang sial.

Kita mengidam-idamkan sesuatu, kita tidak tahu apakah idam-idaman itu bisa tercapai atau tidak. Kalau tercapai, kita takut terlepas lagi, kalau tidak tercapai membuat hati merana. Manusia memang sial.

Demikian rasa berkuasa membikin orang selalu bersenang-senang menyembah.

Akan tetapi orang bisa salah menangkap arti wejangan di atas. Ketika diberi tahu bahwa dirinya sebagai manusia bersifat sial, ia lalu merasa sial. Kemudian ia mengira bahwa yang memberi tahu ialah yang berkuasa dan ditanyakan, “Bagaimana jalannya agar berkuasa?” Yang ditanya pun mengajarkan berbagai pertapaan, tirakatan yang sulit dan aneh, untuk memperoleh kekuasaan. Di bawah ini disebutkan beberapa contoh.

Orang merasa sial karena takut menjadi tua dan mati, sedangkan ia tidak dapat mengelakkannya. Oleh gurunya diajarkan agar ia bertapa yang aneh-aneh supaya mendapat karunia awet muda dan setelah mati bisa hidup langgeng.

Orang merasa sial karena ingin mempertahankan keadaannya yang serba kecukupan namun tidak tahu jalannya. Oleh sang guru diajarkan bertapa yang aneh-aneh. Ada yang disuruh memuja Dewi Sri, ada pula yang disuruh mengumpulkan emas dan lain-lain. Kalau taat dalam pertapaannya dan dianugerahi, harapannya dapat dipenuhi, yakni hidupnya akan kecukupan selamanya.

Orang merasa sial karena tidak tahu bagaimana jalannya untuk melestarikan pangkat dan kedudukannya. Oleh gurunya diajarkan agar tirakat yang aneh-aneh. Bila dimarahi oleh majikannya atau pemimpinnya, supaya mengucapkan mantra, Suk Mum Bu Mum, sembari menggenggam kedua ibu jarinya. Dalam hati mengatakan, “Aku tidak menggenggam jempol melainkan menutup mulut majikanku.” Dan bila dianugerahi ia akan dapat bertahan dalam kedudukannya.

Orang merasa sial karena tidak tahu bagaimana melestarikan kemesraan hubungan dengan keluarganya. Gurunya lalu mengajarkan tirakat yang aneh-aneh, seperti Aji Jaran Goyang, Rejuna Jalur, Ati Kitab Jusuf, agar supaya dicintai oleh suami/istrinya.

Atau orang merasa sial karena tidak tahu bagaimana melestarikan persahabatannya. Oleh gurunya diajarkan supaya setiap malam membaca mantra agar dikasihi banyak orang. Orang merasa sial karena tidak tahu bagaimana menjaga badannya agar tetap sehat. Ia lalu diajar yang aneh-aneh, yakni supaya minta bantuan saudaranya yang disebut “kakang kawah adhi ari-ari” (lendir dan ari-ari yang menempel pada bayi waktu dalam kandungan) untuk menjaga kelestarian kesehatannya.

Orang merasa sial karena tidak tahu apakah cita-citanya akan berhasil. Ia lalu diajar yang aneh-aneh seperti bersemadi dengan menutup sembilan lubang panca indera, mencari tahu arti isyarat-isyarat, bisikan hati, ilham dan sebagainya. Bila dianugerahi ia dapat meramalkan berhasil atau gagalnya cita-citanya, sehingga ia dapat meneruskan atau menghentikan usahanya menuntut cita-citanya

Orang merasa sial karena gagal dalam usaha meraih cita-citanya. Ia lalu diajar supaya ingat akan percobaan Yang Kuasa, dan supaya sabar serta rajin memohon ampun. Kalau dianugerahi ia akan memperoleh kemuliaan besar setelah mati. Ia lalu berbuat yang aneh-aneh.

Orang merasa sial karena takut kalau-kalau hasil usahanya akan musnah kembali. Ia lalu diajar supaya berterima kasih kepada Yang Kuasa yang telah memberinya. Sehingga kalau dikaruniai, Yang Kuasa akan melindunginya.

Orang merasa sial karena kecewa bahwa idam-idamannya yang telah tercapai hilang lagi. Ia lalu diajar supaya tidak menyesali hal tersebut dan percaya kepada nasib. Nasibnya sudah ditetapkan di atas papan tulis sebelum ia lahir. Maka ia harus rajin-rajin memohon kepada yang menentukan nasib. Kalau permohonannya diterima ia akan memperoleh ganti berlipat ganda, setelah mati.

Demikianlah, apabila wejangan salah diterima, menyebabkan orang bertindak yang aneh-aneh. Kekeliruan itu disebabkan adanya rasa yang tidak jelas. Bahwa manusia itu sial, ini sudah jelas. Tetapi apakah sial itu keadaan atau sifat, ini belum jelas. Kalau sial itu keadaan, ia dapat berubah. Tetapi kalau sial itu sifat, ia tak dapat berubah, yakni berubah menjadi kuasa.

Apabila orang mengira sial sebagai keadaan, anggapan itu keliru. Ia lalu berusaha keras mencari kuasa di dalam ruang dan waktu. Kalau ia mencari kuasa dalam ruang, ia lalu belajar “ngraga sukma” yakni mengeluarkan jiwanya dari raganya, agar jiwanya dapat terbang di angkasa, mengitari dunia, dan kemudian dapat meramalkan kejadian di tempat jauh, walaupun jika meramalkan kejadian pada dirinya sendiri yang dekat tak pernah tepat dan mengecewakannya. Lagi pula mata jiwa berbeda dengan mata raga (mata kepala). Kalau jiwa melihat rumah, tentu rumah bagi jiwa, bukan rumah untuk raga. Kalau jiwa makan nasi, tentu nasi untuk jiwa, bukan nasi untuk raga. Kalau ia mencari kuasa dalam waktu, ia lalu belajar bersemedi agar dapat mengetahui kejadian yang sudah dan yang belum terjadi. Dianggapnya bahwa peristiwa yang telah dan yang belum terjadi itu ditulis di atas papan angkasa, yang dapat dibaca oleh mata batin yang melek, sehingga dapat dipakai untuk meramal, walaupun kalau ia meramalkan kejadian pada dirinya sendiri yang sekarang sedang tergila-gila kepada seseorang tidak pernah tepat, sehingga ia kecewa. Demikian wejangan yang salah ditangkap, menyebabkan orang berlaku yang tidak wajar.

Maka apabila rasa sial dianggap sebagai sifat, anggapan itu benar. Walaupun penjabarannya masih bisa keliru, sehingga orang mencari Yang Kuasa dan melakukan hal yang aneh-aneh yang tak enak rasanya. Kekeliruan itu disebabkan tidak jelasnya rasa berkuasa. Padahal kuasa adalah rasa tidak butuh.

Jadi bila kita mengerti bahwa sifat manusia itu sial karena butuh, lalu tidak mencari kuasa. Dengan sendirinya kita lalu berkuasa karena tidak butuh kuasa. Kemudian kita dapat menertawai kesialan kita sendiri. Demikian itu menyembah yang benar.

Rasa kuasa ialah rasa enak, maka wejangan tersebut membikin orang merasa enak. Apabila orang menanggapi wejangan dengan tepat, ia merasa berkuasa, enak, yakni hasil wejangan yang semestinya.

Ki Suryo Mentaram



SULUK WUJIL

1
Inilah ceritera si Wujil
Berkata pada guru yang diabdinya
Ratu Wahdat
Ratu Wahdat nama gurunya
Bersujud ia ditelapak kaki Syekh Agung
Yang tinggal di desa Bonang
Ia minta maaf
Ingin tahu hakikat
Dan seluk beluk ajaran agama
Ssampai rahsia terdalam


2
Sepuluh tahun lamanya
Sudah Wujil
Berguru kepada Sang Wali
Namun belum mendapat ajaran utama
Ia berasal dari Majapahit
Bekerja sebagai abdi raja
Sastra Arab telah ia pelajari
Ia menyembah di depan gurunya
Kemudian berkata
Seraya menghormat
Minta maaf






3
“Dengan tulus saya mohon
Di telapak kaki tuan Guru
Mati hidup hamba serahkan
Sastra Arab telah tuan ajarkan
Dan saya telah menguasainya
Namun tetap saja saya bingung
Mengembara kesana-kemari
Tak berketentuan.
Dulu hamba berlakon sebagai pelawak
Bosan sudah saya
Menjadi bahan tertawaan orang

4
Ya Syekh al-Mukaram!
Uraian kesatuan huruf
Dulu dan sekarang
Yang saya pelajari tidak berbeda
Tidak beranjak dari tatanan lahir
Tetap saja tentang bentuk luarnya
Saya meninggalkan Majapahit
Meninggalkan semua yang dicintai
Namun tak menemukan sesuatu apa
Sebagai penawar


5
Diam-diam saya pergi malam-malam
Mencari rahsia Yang Satu dan jalan sempurna
Semua pendeta dan ulama hamba temui
Agar terjumpa hakikat hidup
Akhir kuasa sejati
Ujung utara selatan
Tempat matahari dan bulan terbenam
Akhir mata tertutup dan hakikat maut
Akhir ada dan tiada

6
Ratu Wahdat tersenyum lembut
“Hai Wujil sungguh lancang kau
Tuturmu tak lazim
Berani menagih imbalan tiggi
Demi pengabdianmu padaku
Tak patut aku disebut Sang Arif
Andai hanya uang yang diharapkan
Dari jerih payah mengajarkan ilmu
Jika itu yang kulakukan
Tak perlu aku menjalankan tirakat


7
Siapa mengharap imbalan uang
Demi ilmu yang ditulisnya
Ia hanya memuaskan diri sendiri
Dan berpura-pura tahu segala hal
Seperti bangau di sungai
Diam, bermenung tanpa gerak.
Pandangnya tajam, pura-pura suci
Di hadapan mangsanya ikan-ikan
Ibarat telur, dari luar kelihatan putih
Namuni isinya berwarna kuning




8
Matahari terbenam, malam tiba
Wujil menumpuk potongan kayu
Membuat perapian, memanaskan
Tempat pesujudan Sang Zahid
Di tepi pantai sunyi di Bonang
Desa itu gersang
Bahan makanan tak banyak
Hanya gelombang laut
Memukul batu karang
Dan menakutkan


9
Sang Arif berkata lembut
“Hai Wujil, kemarilah!”
Dipegangnya kucir rambut Wujil
Seraya dielus-elus
Tanda kasihsayangnya
“Wujil, dengar sekarang
Jika kau harus masuk neraka
Karena kata-kataku
Aku yang akan menggantikan tempatmu”

11
“Ingatlah Wujil, waspadalah!
Hidup di dunia ini
Jangan ceroboh dan gegabah
Sadarilah dirimu
Bukan yang Haqq
Dan Yang Haqq bukan dirimu
Orang yang mengenal dirinya
Akan mengenal Tuhan
Asal usul semua kejadian
Inilah jalan makrifat sejati”


12
Kebajikan utama (seorang Muslim)
Ialah mengetahui hakikat salat
Hakikat memuja dan memuji
Salat yang sebenarnya
Tidak hanya pada waktu isya dan maghrib
Tetapi juga ketika tafakur
Dan salat tahajud dalam keheningan
Buahnya ialah mnyerahkan diri senantiasa
Dan termasuk akhlaq mulia


13
Apakah salat yang sebenar-benar salat?
Renungkan ini: Jangan lakukan salat
Andai tiada tahu siapa dipuja
Bilamana kaulakukan juga
Kau seperti memanah burung
Tanpa melepas anak panah dari busurnya
Jika kaulakukan sia-sia
Karena yang dipuja wujud khayalmu semata


14
Lalu apa pula zikir yang sebenarnya?
Dengar: Walau siang malam berzikir
Jika tidak dibimbing petunjuk Tuhan
Zikirmu tidak sempurna
Zikir sejati tahu bagaimana
Datang dan perginya nafas
Di situlah Yang Ada, memperlihatkan
Hayat melalui yang empat

15
Yang empat ialah tanah atau bumi
Lalu api, udara dan air
Ketika Allah mencipta Adam
Ke dalamnya dilengkapi
Anasir ruhani yang empat:
Kahar, jalal, jamal dan kamal
Di dalamnya delapan sifat-sifat-Nya
Begitulah kaitan ruh dan badan
Dapat dikenal bagaimana
Sifat-sifat ini datang dan pergi, serta ke mana
16
Anasir tanah melahirkan
Kedewasaan dan keremajaan
Apa dan di mana kedewasaan
Dan keremajaan? Dimana letak
Kedewasaan dalam keremajaan?
Api melahirkan kekuatan
Juga kelemahan
Namun di mana letak
Kekuatan dalam kelemahan?
Ketahuilah ini

17
Sifat udara meliputi ada dan tiada
Di dalam tiada, di mana letak ada?
Di dalam ada, di mana tempat tiada?
Air dua sifatnya: mati dan hidup
Di mana letak mati dalam hidup?
Dan letak hidup dalam mati?
Kemana hidup pergi
Ketika mati datang?
Jika kau tidak mengetahuinya
Kau akan sesat jalan


18
Pedoman hidup sejati
Ialah mengenal hakikat diri
Tidak boleh melalaikan shalat yang khusyuk
Oleh karena itu ketahuilah
Tempat datangnya yang menyembah
Dan Yang Disembah
Pribadi besar mencari hakikat diri
Dengan tujuan ingin mengetahui
Makna sejati hidup
Dan arti keberadaannya di dunia


19
Kenalilah hidup sebenar-benar hidup
Tubuh kita sangkar tertutup
Ketahuilah burung yang ada di dalamnya
Jika kau tidak mengenalnya
Akan malang jadinya kau
Dan seluruh amal perbuatanmu, Wujil
Sia-sia semata
Jika kau tak mengenalnya.
Karena itu sucikan dirimu
Tinggalah dalam kesunyian
Hindari kekeruhan hiruk pikuk dunia


20
Keindahan, jangan di tempat jauh dicari
Ia ada dalam dirimu sendiri
Seluruh isi jagat ada di sana
Agar dunia ini terang bagi pandangmu
Jadikan sepenuh dirimu Cinta
Tumpukan pikiran, heningkan cipta
Jangan bercerai siang malam
Yang kaulihat di sekelilingmu
Pahami, adalah akibat dari laku jiwamu!


21
Dunia ini Wujil, luluh lantak
Disebabkan oleh keinginanmu
Kini, ketahui yang tidak mudah rusak
Inilah yang dikandung pengetahuan sempurna
Di dalamnya kaujumpai Yang Abadi
Bentangan pengetahuan ini luas
Dari lubuk bumi hingga singgasana-Nya
Orang yang mengenal hakikat
Dapat memuja dengan benar
Selain yang mendapat petunjuk ilahi
Sangat sedikit orang mengetahui rahasia ini

22
Karena itu, Wujil, kenali dirimu
Kenali dirimu yang sejati
Ingkari benda
Agar nafsumu tidur terlena
Dia yang mengenal diri
Nafsunya akan terkendali
Dan terlindung dari jalan
Sesat dan kebingungan
Kenal diri, tahu kelemahan diri
Selalu awas terhadap tindak tanduknya


23
Bila kau mengenal dirimu
Kau akan mengenal Tuhanmu
Orang yang mengenal Tuhan
Bicara tidak sembarangan
Ada yang menempuh jalan panjang
Dan penuh kesukaran
Sebelum akhirnya menemukan dirinya
Dia tak pernah membiarkan dirinya
Sesat di jalan kesalahan
Jalan yang ditempuhnya benar


24
Wujud Tuhan itu nyata
Mahasuci, lihat dalam keheningan
Ia yang mengaku tahu jalan
Sering tindakannya menyimpang
Syariat agama tidak dijalankan
Kesalehan dicampakkan ke samping
Padahal orang yang mengenal Tuhan
Dapat mengendalikan hawa nafsu
Siang malam penglihatannya terang
Tidak disesatkan oleh khayalan




35
Diam dalam tafakur, Wujil
Adalah jalan utama (mengenal Tuhan)
Memuja tanpa selang waktu
Yang mengerjakan sempurna (ibadahnya)
Disebabkan oleh makrifat
Tubuhnya akan bersih dari noda
Pelajari kaedah pencerahan kalbu ini
Dari orang arif yang tahu
Agar kau mencapai hakikat
Yang merupakan sumber hayat


36
Wujil, jangan memuja
Jika tidak menyaksikan Yang Dipuja
Juga sia-sia orang memuja
Tanpa kehadiran Yang Dipuja
Walau Tuhan tidak di depan kita
Pandanglah adamu
Sebagai isyarat ada-Nya
Inilah makna diam dalam tafakur
Asal mula segala kejadian menjadi nyata


38
Renungi pula, Wujil!
Hakikat sejati kemauan
Hakikatnya tidak dibatasi pikiran kita
Berpikir dan menyebut suatu perkara
Bukan kemauan murni
Kemauan itu sukar dipahami
Seperti halnya memuja Tuhan
Ia tidak terpaut pada hal-hal yang tampak
Pun tidak membuatmu membenci orang
Yang dihukum dan dizalimi
Serta orang yang berselisih paham


39
Orang berilmu
Beribadah tanpa kenal waktu
Seluruh gerak hidupnya
Ialah beribadah
Diamnya, bicaranya
Dan tindak tanduknya
Malahan getaran bulu roma tubuhnya
Seluruh anggota badannya
Digerakkan untuk beribadah
Inilah kemauan murni


40
Kemauan itu, Wujil!
Lebih penting dari pikiran
Untuk diungkapkan dalam kata
Dan suara sangatlah sukar
Kemauan bertindak
Merupakan ungkapan pikiran
Niat melakukan perbuatan
Adalah ungkapan perbuatan
Melakukan shalat atau berbuat kejahatan
Keduanya buah dari kemauan
SUMBER dari ; http://nusadwipa.blogspot.com/
Read More...

Istana GUSTI ALLAH di Tubuh Anak Adam

Dalam tubuh setiap manusia itu terdapat istana-istana GUSTI ALLAH. Kita harus memahami keberadaan istana-istana tersebut agar kita menjadi manungso sejati (manusia yang sejati). Dimana sajakah istana-istana dari GUSTI ALLAH yang terdapat dalam tubuh kita?

Istana dari GUSTI ALLAH itu ada di tiga lokasi dalam tubuh kita. Ketiga lokasi tersebut adalah:

1. Lokasi Pertama di Baitul Makmur
Penjelasannya adalah sebagai berikut: AKU mengatur singgasana dalam Baitul Makmur. Itulah tempat kesenangan-KU. Tempatnya ada di kepala anak Adam. Dalam kepala anak Adam terdapat dimak yaitu otak. Diantara dimak/otak itu terdapat manik. Di dalam manik itu terdapat premana atau pranawa. Di dalam pranawa terdapat sukma. Dalam sukma ada rahsa. Dalam rahsa ada AKU. Tidak ada GUSTI ALLAH, selain AKU.

2. Lokasi Kedua di Baitul Muharram
Penjelasannya adalah sebagai berikut: AKU menata singgasana dalam Baitul Muharram. Itulah tempat Kesukaan-KU. Tempatnya ada di dada anak Adam. Dalam dada itu ada hati, yang berada diantara hati itu ada jantung. Dalam jantung ada budi. Dalam Budi ada jinem. Dalam Jinem ada sukma. Dalam sukma ada Rahsa. Dalam Rahsa ada AKU. Tidak ada GUSTI ALLAH, selain AKU.

3. Lokasi Ketiga di Baitul Mukadas
Penjelasannya adalah sebagai berikut: AKU mengatur singgasana dalam Baitul Mukadas. Itulah tempat yang AKU sucikan dan berada pada kemaluan Anak Adam. Dalam kemaluan laki-laki itu ada pelir. Dalam pelir ada nutfah yakni mani, dalam mani ada madi. Dalam madi ada manikem. Dalam manikem terdapat rahsa. Dalam rahsa itu ada AKU. Tidak ada GUSTI ALLAH, selain AKU.

Dengan memahami keberadaan istana-istana itu, setidaknya kita bisa lebih meningkatkan tapa brata dan lelaku guna bisa lebih mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH.
Read More...

Kamis, 14 April 2011

cara meramal tanggal kelahiran dengan cara logika & mudah

diambil dari thread yg di buat mas kamandaka pada kaskus :
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=1786521
inilah rumus menghitung potensi keberuntungan kamu, caranya???

Misal : tanggal lahir 2 Juni 1977 dipecah menjadi : 2 + 6 + 1977 =1985
1+9+8+5=23
2+3=5
Sesudah itu baca analisanya :

1. Keberuntungan selalu menyinari hari2 kamu, disaat kamu tidak mengharap atau menduganya. Biasanya tepat pada saat kamu memerlukannya. Namun, kamu tidak pernah terlalu tergantung kepadanya. Ini yang menyebabkan mengapa keberuntungan ini selalu menyertai kamu.....

2. Kamu cenderung berpikir semua orang lebih beruntung dibanding kamu, tapi....jika kamu mendapat restu dan dukungan dari orang lain, boleh dikata hampir tak ada yg tidak bisa kamu lakukan

3. Kamu bisa menjadi makmur dalam semua bidang kehidupan kamu, jika kamu mau bertahan cukup lama pada salah satu bidang dan mencoba menyelesaikannya. Ini merupakan satu-satunya cara untuk mendapatkan peluang yang paling nguntungin kamu.

4. Kamu percaya, setiap orang punya rezeki sendiri-sendiri, tapi kamu
adalah orang yg pertama mengenali keberuntungan yang mendatangi kamu. Biasanya dalam bentuk suatu hubungan cinta, terutama pada hubungan cinta yang sudah jadi.

5. Pintu keberuntungan menuju cinta sejati dan karir yang baik baru akan terbuka untuk kamu jika kamu mengurangi dan berhenti berusaha terlalukeras untuk nyenengin semua temen2 kamu.

6. Kamu mungkin tidak merasa beruntung dalam hubungan cinta, tapi kamu cukup beruntung dikelilingi orang2 yang bener2 nyayangin kamu

7. Keberuntungan ikut berperan dalam keajaiban kecil yang kamu alami. Terutama dalam hal cinta dan keuangan. Kamu akan menemukan keduanya saat menindak lanjuti sebuah pertemuan

8. Hanya jika kamu mengambil keputusan dengan hati dan juga dengan otak, keberuntungan akan mendatangi kamu dalam bentuk karier dan uang

9. Dewi keberuntungan selalu bersahabat dengan kamu, memberi kamu kekuatan untuk menarik hampir semua orang yang kamu inginkan dalam hidup ini. Kamu menjadi pembawa keberuntungan bagi teman2 dekat kamu
Read More...

Kayu Bertuah

Kayu SETIGI

Yang dimaksud dengan kayu bertuah adalah kayu yang secara kodrati mengandung daya kekuatan alamiah energi Prana ( Energi Bion ) dalam potensi supranatural yang berpengaruh kepada kehidupan
Dan bukan suatu kerayasa manusia . yang semata-mata bersumber pada Allah Yang Maha Kuasa , yang menurunkan anugrahnya melalui hasil ciptaanNya , Supaya ,manusia sebagai mahluk yang berakal dapat mengakui atas kebesaran dan pertolonganNya .
Pengetahuan tentang kayu bertuah ini sudah dikenal sejak zaman dahulu oleh nenek moyang kita . Yang dimanfaatkan sebagai salah satu sarana mencapai suatu cita-cita dalam kehidupan yang nyata

1. Setigi Darat / Kastigi
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Keselamatan
- Kerejekian
- Ketentraman

2. Setigi Laut / Mentigi / Drini
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Kewibawaan
- Kekuatan
- Anti daya negatif

3. Mentawa / Tawa
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Penetral daya negatif
- Penawar racun gaib
- Sangat bagus untuk sarung / rangka keris , tombak , dsb.

4. Kayu Lontrok
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Penyembuhan penyakit akibat daya negatif , seperti santet , tenung , jengges , dsb .
- Mempercepat / mempermudah wanita yang akan melahirkan

5. Kayu Tengsek / Sulaeman
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Disakiti binatang buas dan bangsa lelembut
- Kewibawaan dan kekuatan .

6. Kayu Telasih
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Spesial untuk pengasihan secara universal

7. Kayu Kebak
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Spesial untuk melancarkan rejeki

8. Kayu Prokuning
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Menjaga kesehatan
- Obat sawan untuk anak kecil
- Ketentraman

9. Kayu Boga
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Spesial untuk panglarisan

10. Kayu Galih Kelor
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Menolak daya negatif
- Penghancur kekuatan kanuragan

11. Kayu Galih Asem
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Keluhuran
- Ketentraman
- Menajamkan Indera bathi

12. Kayu Kalimasada
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Penetral segala daya positif dan negatif
- Menambah kewibawaan dan keselamatan
- Penyedot daya kekuatan musuh

13. Kayu Wahyu
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Kederajatan

14. Kayu Klampis Hitam
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Spesial untuk keselamatan Universal

15. Kayu Songgo Langit
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Menambah kekuatan lahir – bathin
- Kemuliaan

16. Kayu Walikukun
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Sama dengan Kayu Klampis Hitam

17. Kayu Srigading
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Menambah kerejekian dan kederajatan.

18. Kayu Nogosari
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Anti petir
- Menambah kekuatan lahir bathin
- Kewibawaan
- Menambah ketajaman Indera bathin

19. Kayu Wide
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Sama dengan Kayu Tengsek

20. Kayu Dewandaru
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Anti daya negatif
- Keluhuran, kewibawaan , kemuliaan
- Kederajatan dan keselamatan

21. Kayu Kengkeng
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Spesial kekuatan lahir bathin

22. Kayu Santan Brahma
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Sama dengan kayu Prokuning
- Menurunkan darah tinggi

23. Kayu Gaharu
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Ketentraman dan kedamaian
- Mengasapi Pusaka
- Merangsang pamor atau kekuatan Benda magis.
- Pengharum ruangan dan menambahKerejekian
- Membantu proses meditasi / tafakur

24. Kayu Paku wojo
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Sama dengan kayu Songgo langit

25. Kayu Galih Johar
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Ketentraman dan keluhuran

26. Kayu Munglen / wunglen
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Sama dengan Kayu Galih Johar

27. Kayu Linggar manik
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Menambah kekuatan bathin
- Menajamkan indera bathin

28. Kayu Tayuman
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Memudahkan terkabulnya hajad

29. Kayu Cendana
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Sebagai penguat kayu lain
- Ketenraman

30. Kayu Wegig
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Menambah kecerdasan berfikir
- Kebijaksanaan dan keteguhan

31. Kayu Liwung
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Keselamatan tanpa kompromi
- Kemuliaan

32. Kayu Menging
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Anti hama
- Kewibawaan

33. Kayu Jati luwih
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Kederajatan dan ketentraman

34. Kayu Sisir
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Sebagai Penguat kayu lain

35. Kayu Rampung
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Mempercepat proses terkabulnya Hajad / cita-cita

36. Kayu Rukun
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Sama dengn kayu Kebak

37. Kayu Rau
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Spesil anti daya negatif

38. Kayu Sulastri
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Pengasihan
- Keharminisan rumah tangga
- Kehangatan
- Kesetiaan
- Kebahagiaan

39. Kayu Songgo Wojo
Insya Allah Berkhasiat Untuk :
- Spesial untuk keteguhan / Kemantapan

Semoga dengan adanya keterangan berbagai macam jenis kayu bertuah tersebut dapat diambil manfaatnya dan semakin menambah ketaqwaan diri kita kepada Allah SWT , Pencipta Alam Semesta.

SUMBER BERIKUT INI BEASAL DARI:
http://infometafisika.com/bursa&info_metafisika.html

"KAYU BERTUAH"
Pemancar Energi Metafisika
Hasil penelitian tahun 1987-1989 di Fak. MIPA UGM dengan Chronometer menunjukkan, energi yang terdapat pada “Kayu Bertuah”, besarnya dua kali lipat dibanding energi yang terdapat pada Tosan Aji/Pusaka.

Artinya, media kayu lebih praktis dijadikan “pegangan” atau pemancar energi metafisika karena tidak ada pantangan tertentu saat membawanya.

TUHAN tidak akan pernah menciptakan sesuatu dengan sia-sia. Setiap ciptaan memiliki manfaat. Dalam “bekerja” Tuhan melalui ciptaan-Nya. Misalnya, Tuhan menawarkan racun melalui ciptaan-Nya bernama kayu Setigi, dan mengobati malaria melalui pohon Kina, dan sebagainya.

Sebagian dari nikmat Tuhan adalah diciptakannya tumbuh-tumbuhan yang memiliki khasiat luar biasa. Seorang pemerhati kayu, Drs. Budi Hardono pada tahun 1987 – 1989 mengadakan penelitian terhadap kayu-kayu yang karena memiliki keistimewaan itu kemudian diyakini “bertuah”.

Dari sisi energi dilakukan di Fakultas MIPA UGM. Hasilnya? Dengan Chronometer –alat pengukur energi- buatan Amerika diketahui bahwa energi yang terkandung dalam kayu “bertuah” menunjukkan level energi dua kali lipat dibanding tosan aji. Jika tosan aji atau pusaka menunjukkan level 50, kayu-kayu “bertuah” menunjukkan level 100. Disisi lain Fakultas Kedokteran Hewan UGM juga telah meneliti kayu “bertuah” untuk kepentingan pengobatan. Hasil penelitian tersebut ditemukan banyak kandungan kayu ”bertuah” yang bermanfaat bagi kesehatan.



JENIS KAYU “BERTUAH”

Ada 33 jenis kayu yang memiliki radiasi positif. Namun karena ada beberapa jenis kayu yang berkhasiat sama, kami hanya menyantumkan 23 jenis, yaitu :

1. DEWA DHARU

Kayu Dewa Dharu adalah pasangan dari Kayu Setigi. Jika keduanya disatukan, khasiatnya akan lebih maksimal, khususnya untuk :

Keselamatan
Keberanian
Melancarkan rezeki
Penangkal energi negatif
Menetralkan racun
Kayu Dewa Dharu dengan jumlah terbatas dapat diperoleh di kepulauan Karimun Jawa, Jepara.



2. GALIH ASAM

Kayu Galih Asem berasal dari hati pohon asam yang sudah berusia ratusan tahun. Khasiat dari kayu ini untuk :

Keteguhan hati
Keselamatan
Kesehatan
Alat pijat yang ampuh
Melumpuhkan ilmu kebal
Galih asam yang memiliki power maksimal yang ditemukan dari pohon yang separo pohonnya sudah lepas tetapi pohonnya masih hidup, terdapat lubang bagian tengah dan galih bagian atas dan bawah terputus seperti stalaktit- stalaknit dalam goa.



3. GALIH KELOR

Segala yang terdapat pada pohon kelor memiliki kekuatan alamiah. Daun kelor mampu menghilangkan pengaruh black magis. Khasiat galih kelor untuk :

Keselamatan
Penangkal santet,guna-guna, dll.
Ketajaman instink (Indera ke-6)
Kesaktian
Dari literatur barat, kelor ada tiga jenis. Yaitu, kelor putih, hitam dan yang merambat. Galih kelor terbentuk dari pohon yang sakit (diserang hama) namun karena getahnya tinggi lalu terkontaminasi dengan udara dan air hujan.



4. JATI LUWIH

Kayu Jati Luwih sering digunakan untuk tongkat. Tetapi kayu ini memiliki khasiat untuk banyak hal, diantaranya :

Melancarkan rezeki
Keselamatan
Kewibawaan
Menolak santet, guna-guna, dll
Kayu Jati Luwih ini sering digunakan para pejabat Militer untuk tongkat komando.

5. KALIMASADA

Kayu Kalimasada adalah pasangan dari Kayu Stigi dan Dewa Dharu. Ketiga jenis kayu ini banyak diburu pejabat tinggi. Jika ketiganya disatukan, memiliki khasiat luar biasa untuk :

Melancarkan rezeki
Meningkatkan keluhuran
Kewibawaan
Keselamatan, dll
Kayu Kalimasada banyak dikoleksi para bisnismen. Biasanya dipadukan dengan Kayu Setigi dan Dewa Dharu dalam bentuk asesoris.

6. KENGKENG

Kayu ini sering digunakan untuk menenangkan bayi rewel (menangis) dengan cara diletakkan di bawah bantal. Khasiat lain dari kayu ini untuk :

Ketentraman rumah tangga
Ketenangan batin, dan
Keselamatan jiwa
Bagi yang ingin lingkungan rumah dan kontor lebih tenang, gunakan kayu Kengkeng sebagai sarana.

7. LIWUNG

Kayu Liwung sering digunakan untuk sarana meditasi karena memiliki karakter menentramkan. Khasiat lain dari kayu ini untuk:

Keluhuran budi
Kewibawaan
Keselamatan
Kayu Liwung jika digunakan sebagai bahan tasbeh, kemudian digunakan untuk wirid/meditasi, menjadikan konsentrasi menjadi lebih maksimal.

8. LOTROK

Kayu lotrok sering digunakan membantu proses melahirkan agar menjadi lebih mudah. Caranya dengan merendamnya lalu diminum. Khasiat lain dari Kayu Lotrok untuk :

Menghilangkan kesialan hidup (sengkala)
Menghilangkan santet, guna-guna, dll
Keselamatan jiwa
Dalam tradisi Jawa, orang yang diruwat (dihilangkan kesialannya) disarankan menggunakan kayu ini.

9. MINGING

Kayu Minging banyak dimiliki kalangan pejabat dan rohaniawan. Khasiatnya untuk :

Menajamkan instink (Indera batin)
Menolak santet, guna-guna
Kewibawaan
Keselamatan jiwa
Karena memiliki karakteristik menajamkan instink, anda yang bisnis dibidang saham layak memilikinya.

10. MULEN

Kayu Mulen sering digunakan untuk penyembuhan. Jika kayu ini dimasukkan pada air putih lalu dibacakan doa-doa penyembuhan, dapat memperkuat dari khasiat doa itu. Khasiat lain kayu ini untuk :

Keselamatan jiwa
Kewibawaan
Kesehatan
Penangkal santet, guna-guna, dll
Kalangan paranormal dan tabib banyak memanfaatkan kayu Mulen untuk memperkuat energi batinnya, termasuk mereka yang sedang dalam proses penyembuhan secara medis.

11. NAGA SARI

Kayu Naga Sari berkahasiat untuk penolak bahaya, termasuk petir dan janis bahaya lain, (kecelakaan lalu lintas). Dibidang pengobatan dapat digunakan untuk mengobati penyakit ringan dan penyakit dalam. Khasiat lainnya untuk :

Kewibawaan
Keharmonisan rumah tangga
Meningkatkan karisma (daya tarik)
Menambah khasiat jamu (secuil kayu Naga Sari dicampur pada jamu, menambah khasiatnya)
Dalam catatan sejarah tosan aji, kayu Naga Sari digunakan sebagai tangkai tombak Kiai Pleret milik Panembahan Senopati. Namun kayu Naga Sari energinya menjadi kotor jika dipegang orang yang pernah melakukan pembunuhan tanpa hak, dengan memegang kayu pelaku pembunuhan dapat kejang. Orang yang selalu dzalim pada sesama dan kepada Tuhan disarankan tidak menggunakan kayu ini.

Kayu Naga Sari bersifat “mempercepat proses”. Orang yang banyak menjalankan kebajikan akan mendapatkan pahala/manfaat dari apa yang dilakukan, orang jahat pun cepat terkena sial atau musibah.

12. PONG RAMPUNG

Secara umum, Kayu Pong Rampung memiliki khasiat yang sama dengan jenis kayu yang lain. Khasiat yang lain untuk :

Melancarkan rezeki
Meningkatkan kesehatan
Sesuai namanya, rampung (Jawa : Selesai) kayu ini juga sering dibawa mereka yang sedang menghadapi masalah yang rumit sehingga mudah terselesaikan dengan baik.

13. SANGGA LANGIT

Kayu Sangga Langit sering digunakan untuk pelengkap tosan aji. Selain itu juga berkhasiat untuk :

Keselamatan jiwa
Kewibawaan
Keluhuran dan kemuliaan
Kayu Sangga Langit dapat dipadukan dengan kayu Sangga Waja sehingga energi junjung (angkat) lebih maksimal terutama yang berakaitan dengan derajat, pangkat dan rezeki.

14. SANGGA WAJA

Kayu Sangga Waja memiliki khasiat seperti kayu stigi, yaitu sebagai “pemberat” sehingga tidak diperkenankan untuk alat pukul karena dapat berakibat fatal. Khasiat lain dari kayu ini untuk :

Melancarkan rezeki
Menangkal santet, guna-guna, dll
Kesehatan fisik
Ketentraman batin
Keteguhan hati
Khasiat kayu Sangga Waja hampir sama dengan Sangga Langit. Nilai lebih kayu Sangga Waja punya karakter menentramkan.

15. SECANG BRAHMA

Kayu Secang Brahma secara umum memiliki khasiat sama dengan jenis kayu yang lain, yaitu : Kewibawaan, keselamatan, melancarkan rezeki, penangkal santet. Dan khasiat lain yang lebih unik untuk :

Menolak hama
Awet muda – panjang usia
Menetralkan benda/lokasi (angker) dari pengaruh negatif.
Ibu-Ibu agar tetap awet muda sehingga suaminya betah di rumah, silakan memesan asesoris dari kayu Secang Brahma.

16. SEMBOGA

Kayu Semboga sering direndam pada air putih kemudian diminum menjelang tidur malam. Khasiatnya sama dengan Kayu Kebak. Khasiat yang lain untuk :

Menolak santet, guna-guna, dll
Melancarkan rezeki
Kayu semboga banyak dijadikan ageman bagi mereka yang punya jabatan penting yang rawan diserang dengan kekuatan yang metafisis dari lawan politik-bisnisnya.

17. SETIGI

Kayu Setigi adalah kayu yang paling populer diantara kayu bertuah. Kayu ini tergolong langka dan hanya dapat ditemui di pulau-pulau kecil seperti kepulauan Karimunjawa, Jepara.

Kayu Setigi yang asli, warnanya kehitam-hitaman, dan tenggelam jika dimasukkan pada air (walau hanya secuil). Kayu ini banyak dimanfaatkan para jawara sebagai sarana “tahan pukul” dan jika memukul lawan, menyebabkan pingsan dan jika ditempelkan pada bekas gigitan hewan berbisa dapat menempel dan menyedot bisanya keluar.

Khasiat lain dari Kayu setigi untuk :

Meningkatkan kharisma
Penangkal santet, guna-guna, dll
Kekebalan (bagi yang cocok)
Kewibawaan
Keselamatan jiwa
Penyembuhan tulang/Rhematik
Memudahkan rezeki
Kayu setigi memiliki karakter hampir sama dengan kayu Naga Sari. Ditangan orang berahlak baik, kayu ini dapat menjadi “generator” bagi kekuatan spiritualnya, namun energi kayu Setigi menjadi kecil jika dipegang orang yang buruk prilakunya.

Kayu setigi pada umumnya tumbuh pada tanah yang tidak subur dan berbatu. Dan karena dihimpit benda keras menyebabkan teksturnya tidak merata (belang). Setigi yang berasal dari Madura warnanya hitam kemetah-merahan.

HATI-HATI. Banyak beredar tasbih Setigi palsu. Tanda dari yang palsu jika dibelah, warna bagian dalam kayu berbeda dengan bagian luarnya. Misalnya, sisi luar hitam namun bagian dalamnya lebih putih.

18. SULASTRI

Kayu Sulastri disebut “Kayu Kebahagiaan”. Kayu ini memiliki karakter meredam dan mendinginkan suasana. Khasiat dari kayu ini untuk :

Keharmonisan rumah tangga
Kebahagiaan lahir-batin
Kedamaian
Untuk menimbulkan “radius aman” lokasi pertemuan-pertemuan, kayu sulastri selain dapat dikamuflase dalam bentuk asesoris yang kenakan.

19. TASAK/SULAIMAN

Kayu Tasak/Sulaiman memiliki khasiat yang luar biasa, sampai-sampai orang yang mentalnya labih, disarankan sebaiknya tidak menyimpan atau membawa kayu ini. Khasiat lain dari kayu ini untuk :

Meningkatkan karisma (daya tarik)
Kewibawaan (mutlak)
Keselamatan dari bahaya
Keteguhan hati dalam menghadapi masalah
Anti binatang buas
Menetralkan lokasi angker akibat guna-guna, jin, setan, dll
Dalam catatan sejarah, kayu tasak/tesek digunakan oleh Ki Ageng Mangir dan Kiai Baru Klinting dalam legenda Rawa Pening, Ambarawa, Jawa Tengah.

20. TAWA

Kayu tawa memiliki banyak khasiat. Selain untuk rangka keris, kayu tawa ampuh untuk menetralkan tempat angker. Juga berkhasiat untuk :

Penolak pageblug hewan (flu burung), dll.
Obat dari gigitan hewan berbisa
Menentramkan roh yang gentayangan
Menurut Ki Gondo Darman –dalang tertua- di Sala, belum dianggap dalang wayang kulit, sebelum memiliki pusaka bertangkai kayu Tawa atau Mentawa.

21. WALIKUKUN

Kayu Walikukun disebut juga Kayu Laduni, dimana seseorang yang memanfaatkannya memiliki tingkat kecerdasan tinggi. Khasiat kayu ini untuk :

Meningkatkan imajinasi dan kreativitas
Keselamatan jiwa
Kewibawaan
Para pencipta, seniman, desainer “wajib” memiliki kayu ini.

22. WEGIG

Kayu Wegig berkhasiat hampir sama dengan Kayu Walikukun. Wegig adalah kayu pegangan para pencipta dan para seniman. Khasiat utamaya untuk :

Kecerdasan akal
Cermat dan teliti
Bijaksana dalam mengambil keputusan
Selain yang tersebut diatas, kayu Wegig berkhasiat untuk keselamatan dan kewibawaan. Para pengambil keputusan sangat cocok memanfaatkan kayu ini.

23. WINONG

Kayu Winong sering digunakan para ahli metafisika yang meyakini bahwa manusia dapat berkomunikasi dengan ruh. Kayu ini disukai para makhluk ghaib dan para leluhur. Dan khasiat lainnya untuk :

Menolak santet, guna-guna, dll
Kebijaksanaan
Keselamatan jiwa
Mereka yang nyalinya kecil, memiliki gejala jiwa dan lemah jantung tidak disarankan memanfaatkan kayu ini.

TENTANG KAYU “BERTUAH”

Kayu memiliki kekuatan pemancar. Misalnya, anda punya niat selamat dari kejahatan maka kayu itu berperan sebagai pemancar yang frekuensinya tidak terukur dan ini sudah dibuktikan secara ilmiah.

Kayu memancarkan energi, nur atau cahaya. Cahaya memiliki frekuensi sangat tinggi dan gelombang-gemombang molekul ion yang jika dipicu dengan doa dari jalur agama maupun “amalan” dari jalur ilmu, frekuensinya menjadi lebih kuat dan tinggi dan menimbulkan aura. Nur atau cahaya rumusnya 328 tahun cahaya atau R sehingga logika manusia tidak dapat menjangkau.

Energi yang terdapat pada kayu “bertuah” itu terlalu halus dan relatif dan secara kimiawi terdeteksi. Ketika masih hidup, kayu “bertuah” mengandung zat-zat netrogenium yang sangat tinggi.
Read More...

KETUHANAN


Penulisan Himpunan Pitutur Luhur ini kami maksudkan adalah sebagai usaha pelestarian warisan Budaya Bangsa yang sangat Luhur, yang juga sebagai perwujudan penghargaan terhadap nenek moyang yang telah mewariskan budaya luhur tersebut. Himpunan Pitutur Luhur ini berisi Nasehat, Ajaran Yang baik bagi Bagi Kehidupan manusia sehingga dapat dijadikan pendukung materi pembangunan Kebudayaan yaitu dalam mendukung terpeliharanya Kerukunan Hidup dan Membangun Peradaban Bangsa.
A.     
KETUHANAN :

1.      Aja Mangro Tingal, Aja Salah Tingal, Lan Aja Mangeran Liya :

Makna Aja Mangro Tingal, Aja Salah Tingal, Lan Aja Mangeran Liya adalah bahwa manusia tidak boleh menyekutukan Tuhan.

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku dalam MANEMBAH, Pikiran, Persaan, Kemauan secara totalitas dipusatkan kedalam  ALLAH. SWT         ( Tuhan Yang Maha Esa ).

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa )

2.      Ala Lan Becik Iku gegandhengan, Kabeh Kuwi Saka Kersane Pangeran           (  ALLAH. SWT   ).

Makna Ala Lan Becik Iku gegandhengan, Kabeh Kuwi Saka Kersane Pangeran (  ALLAH. SWT   ) adalah bahwa baik dan buruk sebagai totalitas selamanya ada dalam diri seseorang, dan itu adalah kehendak  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku mengembangkan terus menerus kebaikan di manapun, sehingga keburukan yang ada tidak mendapat kesempatan untuk tampil.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) dan sesamanya

3.      Alam iki sejatining Guru

Makna Alam iki sejatining Guru adalah sesungguhnya alam itu Guru yang sejati, yang mewartakan Kemaha Kuasaan, Kemaha Asihan, Kemaha Murahan dan Ke Maha adilan  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

Makna Tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku selalu mencintai alam tempat hidup dan menghidupi secara ragawi atau jasmani seseorang.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) dan alam semesta.

4.      Bhuda Bhudi, Jawa Jawi, Mata Siji

Makna Bhuda Bhudi, Jawa Jawi, Mata Siji adalah kesadaran bahwa keutamaan manusia adalah menggunakan akal budi, pengrtian yang benar, dan mata batin dalam berbuat sesuatu.

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku selalu berpikir jernih ( positif ) dan berhati bersih.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

5.      Eling;

Makna Eling adalah kesadaran bahwa manusia harus berserah diri secara total kepada  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) yang terwujud dalam bentuk perbuatan dan batin.

Makna Tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku  yang taat beribadah sesuai dengan keyakinannya  dan berperilaku sesuai dengan petunjuk yang telah diatur dalam ajaran masing-masing

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

6.        Eling, Percaya, Mituhu lan Taqwa;

Makna Eling, Percaya, Mituhu lan Taqwaadalah aktualnya kesadran merasakan secara total keberadaan  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) dalam diri seseorang, yang melahirkan rasa percaya yang sungguh-sungguh kepada  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ), dan sekaligus melahirkan dinamika hidup sesuai dengan tuntunan-Nya.

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku selalu taat beribadah sesuai dengan keyakinannya masing-masing dan berperilaku sesuai dengan aturan dan ajaran kepercayaan masing-masing.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

7.        Golek Sampurnaning Urip Lair Batin lan Golek Kasampurnaning Pati;

Makna Golek Sampurnaning Urip Lair Batin lan golek Kasampurnaning Pati adalah kesadaran bahwa manusia bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri untuk mencapai keselamatan baik di dunia maupun di akhirat.

Makna Tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilakuselalu bersemangat sesuai dengan kemampuan, mensyukuri nikmat kemurahan Allah dalambentuk Apapun.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

8.        Gusti Anglimuti, Manungsa Linumpatan;

Makna Gusti Anglimuti, Manungsa Linumpatan adalah  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) ada dimana-mana, dan secara total ada di dalam semua ciptaan-Nya.

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku mengembangkan kesadaran merasakan keberadaan  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) didalam dirinya, sehingga dinamika hidupnya sepenuhnya berada dalam tuntunan-Nya.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

9.        Gusti Iku Cedhak Tanpo Senggolan, Adoh Tanpa Winangenan;

Makna Gusti Iku Cedhak Tanpo Senggolan, Adoh Tanpa Winangenan adalah  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) itu ada secara total didalam diri seseorang namun tidak dapat dijangkau dengan daya piker dan daya indera,  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) sangat jauh tanpa batas dari diri seseorang.

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku mengembangkan rasa yang telah lepas dari nafsu-nafsu agar mampu merasakan keberadaan  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) dalam dirinya secara nyata.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).


10.    Gusti Iku Sambaten Nalika Sira Nanndang Kasengsaran Lan Pujinen Yen Sira Lagi Nampa Kanugrahaning Pangeran (  ALLAH. SWT   );

Makna Gust Iku SambatenNalika Sira Nanndang Kasengsaran Lan Pujinen Yen Sira Lagi Nampa Kanugrahaning Pangeran (  ALLAH. SWT   ) adalah ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) merupakan sumber cahaya ( Pepadhang ) dan tempat puji syukur disampaikan seseorang.

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku dalam duka maupun suka selalu Manembah kepada  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

11.    Hadhepono mukanira iku marang ingkang katon rarahine. Rarahi kang luwih kang katon Sawehgung;

Makna Hadhepono mukanira iku marang ingkang katon rarahine. Rarahi kang luwih kang katon Sawehgung adalah semua yang tampak dialam semesta merupakan ciptaan dan gambaran wajah  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

Makna tresebut duwujudkan dalam sikap dan perilaku sadar dirinya adalah Ciptaan  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ), yang selalu manembah kepada-Nya, dan hidup sesuai dengan tuntunan-Nya.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

12.    Heneng ;

Makna Heneng  adalah kondisi internal seseorang dimana pikiran, perasaan, dan kemauan dalam keadaan diam total, sehingga ia mampu merasakan Nikmat Cinta Kasih Sayang  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) yang berada dalam dirinya.

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku selalu tenang, arif, penuh cinta kasih kepada siapapun.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

13.    Hening ;

Makna Hening adalah keadaan batin seseorang yang jernih dan bersih, sebagai akibat telah diamnya secara total pikiran, perasaan, kemauan, sehingga mampu merasakan dan memancarkan cahaya cinta kasih  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) yang berada dalamdirinya di tengah-tengah sesame hidup.

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku tenang, arif, dalam melakukan penghayatan agar dapat menuju kepada  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) dan sesama hidup.

14.    Jangan Menyembah Selain Kepada ALLAH;

Makna Jangan Menyembah Selain Kepada ALLAH adalah kesadaran bahwa satu-satunya yang harus disembah adalah  ALLAH. SWT  (Tuhan Yang Maha Esa).

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku selalu menyembah  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) dan tidak mempersekutukan-Nya.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).





15.    Manunggaling Kawula Gusti Atau Jumbuhing Kawula Gusti;

Makna Manunggaling Kawula Gusti Atau Jumbuhing Kawula Gusti adalah menyatunya secara total pikiran, perasaan, dan kemauan seseorang dalam cinta kasih  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) yang berada dalam dirinya.

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku penuh cinta kasih kepada siapapun dan apapun, dimanapun, kapanpun, dan dalam keadaan bagaimanapun.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) dan sesama hidup.

16.    Kawula Mung Saderma, Mobah-mosik kersaning ALLAH Hyang Sukma;

Makna Kawula Mung Saderma, Mobah-mosik kersaning ALLAH Hyang Sukma adalah manusia sekedar menjalankan kewajiban segala gerak kehidupan yang ada karena kehendak  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku segala gerak kehidupan yang dijalani merupakan kehendak  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

17.    Manembah;

Makna Manembah adalah menghubungkan diri secara sadar: mendekat, menyatu, dan manunggal dengan  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

18.    Manungsa Mung Ngunduh Wohing Pakarti;

Makna Manungsa Mung Ngunduh Wohing Pakarti apapun wujud kehidupan manusia yang dijalani, baik atau buruk, semua itu adalah hasil dari perbuatannya sendiri.

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku selalu hidup dalam cinta kasih  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) agar mampu menjalani hidup penuh cinta kasih kepada sesame hidup, dalam rangka mewujudkan kehidupan yang baik.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) dan sesama hidup.

19.    Mencari Keselamatan dan Kebahagiaan Lahir Batin di Dunia maupun di Alam Langgeng ;

Makna Mencari Keselamatan dan Kebahagiaan Lahir Batin di Dunia maupun di Alam Langgeng adalah terpenuhinya kebutuhan lahir batin seseorang secara sinergik-harmonis sesuai dengan keharusan kodratinya, yang mengantar seseorang mampu mewujudkan kondisi Manungguling Kawula Gusti di dunia dan nantinya di alam langgeng yang merupakan akhir perjalanan hidup seseorang.

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku menjalani hidup sesuai dengan hukum-hukum kodrati yang merupakan manifestasi dari Maha Kuasa, Maha Asih, Maha Adil nya  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) dan sesama hidup.



20.    Mohon, Mangesthi, Mangastuti, Marem ;

Makna Mohon, Mangesti, Mangastuti, Marem  adalah seseorang perlu sepenuhnya selalu memohon kepada  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ), agar mendapat Rahmat dan Tuntunan-Nya bagaimana seharusnya menjalani hidupnya di dunia, disertai laku menyatukan pikiran, perasaan, kemauan
( mangesthi ) manunggal dalam haribaan cinta kasih  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ), yang menjadikan seseorang berada dalam kondisi manembah secara total kepada  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa )         ( Mangastuti ) akhirnya seseorang merasakan bahagia, damai, tenteram, dalam wujud ktualnya kepuasan spiritual ( Marem )

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku selalu menjalankan ibadah sesuai dengan petunjuk.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

21.    Narimo Ing Pandum;

Makna Narimo Ing Pandum  adalah apapun wujud yang di anugerahkan  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) kepada dirinya, diterima dengan penuh lapang dada.

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku menjalani kenyataan hidup, apapun wujudnya, dengan tenang, gembira dan damai.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

22.    Natas, Nitis, Netes ;

Makna Natas, Nitis, Netes adalah jiwa manusia itu berasal dari  ALLAH. SWT 
( Tuhan Yang Maha Esa ), dapat menjadi sempurna kembali kepada  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ), namun dapat pula kembali dilahirkan di dunia, semua itu tergantung perbuatan manusia sendiri.

Makna tersebut dapat diwujudkan dalam sikap dan perilaku selalu mengembangkan Manembah yang sungguh-sungguh kepada  ALLAH. SWT 
( Tuhan Yang Maha Esa ) agar dapat sempurna kembali kepafa  ALLAH. SWT
 ( Tuhan Yang Maha Esa ).

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

23.    Nenging Pancadriya- Nenging Rasa;
Makna Nenging Pancadriya- Nenging Rasa adalah manembah, panca indera dan rasa dalam keadaan diam total.

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku membangun kondisi :          mbudheg, micek, mbisu “ ( tidak menanggapi apa yang didengar, dan dilihat serta tidak berkata-kata ).

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) dan sesamanya.

24.    Nora Keguh Kecopaking Iwak, Grombyanging wong, Semilake Wentis Kuning;

Makna Nora Keguh Kecopaking Iwak, Grombyanging wong, Semilake Wentis Kuning  adalah dalam menjalankan tapa brata diperlukan kemampuan untuk tidak terpengaruh oleh: kenikmatan lahiriah semata ( Kecopaking Iwak ), galaunya suara orang ( Grombyanging Wong ) , dan dorongan seks yang tidak sehat ( Semilake Wentis Kuning ).

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku mengembangkan budaya hidup suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) dan sesamanya.

25.    Olah Raga,  Olah Rsa , Olah Jiwa ;

Makna Olah Raga,  Olah Rsa , Olah Jiwa adalah terjaminnya kondisi raga, rasa, jiwa yang prima, yang siap mewujudkan kondisi Manunggaling Kawula Gusti.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku mengusahakan dinamika hidup ragawi-jiwani sinergik-harmonis sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi mutakhir yang berada dalam bimbingan  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) dan sesame hidup.

26.    Ora Kena Melikan ;

Makna Ora Kena Melikan adalah kesadaran bahwa segala sesuatu termasuk kebendaan berasal dari  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ), dan masing-masing diberi hak yang berbeda.

Makna tersebut diwujudkandalam sikap dan perilaku tidak serakah.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

27.    Ora Kena Ngresula Marang Peparinge Kang Maha Kuwasa ;

Makna Ora Kena Ngresula Marang Peparinge Kang Maha Kuwasa adalah tidak boleh mengeluh atas segala pemberian  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

Makna tersebut duwujudkan dalam sikap dan perilaku selalu menerima segala pemberian  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) dengan tulus Iklas dan lapang dada.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

28.    Ora Rumangsa Bisa, Nanging Bisa Rumangsa Yen Mobah Mosik Kersaning Allah Hyang Sukma ;

Makna Ora Rumangsa Bisa, Nanging Bisa Rumangsa Yen Mobah Mosik Kersaning Allah Hyang Sukma  adalah kesadaran bahwa manusia tidak memiliki kelebihan apapun karena semua adalah kodrat dari  ALLAH. SWT 
( Tuhan Yang Maha Esa ).

Makna tersebut dapat diwujudkan dalam sikap dan perilaku menciptakan keseimbangan dan keselarasan serta menghargai hak-hak yang dimiliki setiap manusia.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) dan sesamanya.

29.    Owah Gingsiring Kahanan Iku Saka Kersaning Pangeran (  ALLAH. SWT   ) Kang Murbeng Jagad ;

Makna Owah Gingsiring Kahanan Iku Saka Kersaning Pangeran  (  ALLAH. SWT   ) Kang Murbeng Jagad  adalah perubahan keadaan itu merupakan kehendak  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku siap menerima perubahan keadaan dengan lapang dada dan iklas.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).



30.    Pangeran (  ALLAH. SWT   ) Iku Ana ing ngendi papan, Aneng Sira uga ana Pangeran (  ALLAH. SWT   ), Nanging Aja Sira Kumawani Ngaku Pangeran     (  ALLAH. SWT   );

Makna Pangeran (  ALLAH. SWT   ) (  ALLAH. SWT   ) Iku Ana ing ngendi papan, Aneng Sira uga ana Pangeran (  ALLAH. SWT   ) (  ALLAH. SWT   ), Nanging Aja Sira Kumawani Ngaku Pangeran (  ALLAH. SWT   ) (  ALLAH. SWT   ) adalah sekalipun  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) berada dimana-mana, dan ada pula dalam diri seseorang, namun jangan sekali-sekali ia berani menyatakan bahwa dirinya adalah  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku selalu sadar bahwa dirinya adalah HAMBA  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ), yang selalu Manembah kepada  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) dan rendah hati.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

31.    Pangeran (  ALLAH. SWT   ) Iku Bisa Ngrusak Kahanan Kang Wis Ora Diperlokake, lan Bisa Gawe Kahanan Anyar kang Diperlokake ;

Makna Pangeran (  ALLAH. SWT   ) Iku Bisa Ngrusak Kahanan Kang Wis Ora Diperlokake, lan Bisa Gawe Kahanan Anyar kang Diperlokake adalah  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) –lah yang menentukan keadaan mana yang sudah tidak diperlukan, dan keadaan baru yang diperlukan.

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku siap menerima apapun yang telah digariskan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) dan sesamanya.

32.    Pangeran (  ALLAH. SWT   ) Iku Kuwasa Tanpa Piranti, Akarya Jagad Saisine, Kang Katon lan Kang Ora Kasat Mata ;

Makna Pangeran (  ALLAH. SWT   ) Iku Kuwasa Tanpa Piranti, Akarya Jagad Saisine, Kang Katon lan Kang Ora Kasat Mata adalah bahwa kekuasaan  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) itu di luar jangkauan manusia.

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku sadar sepenuhnya ke Maha Kuasaan  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ), apapun yang dikehendaki-Nya, maka JADILAH.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

33.    Pangeran (  ALLAH. SWT   ) Iku Langgeng Tan Kena Kinaya Ngapa, Sangkan Paraning Dumadi ;

Makna Pangeran (  ALLAH. SWT   ) Iku Langgeng Tan Kena Kinaya Ngapa, Sangkan Paraning Dumadi adalah bahwa  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) itu Kekal tidak dapat dijangkau oleh daya pikir yang bagaimanapun, Dia adalah asal dan tujuan dari segala yang dihidupkan.

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku secara konsistendan konsekuen menjalani hidup dalam cinta kasih  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ), sehingga perjalanan hidupnya di dunia secara alami selalu memancarkan cinta kasih kepada siapapun dan apapun, dimanapun, kapanpun,dan dalam keadaan bagaimanapun.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) dan sesama hidup.






34.    Pangeran (  ALLAH. SWT   ) Iku Maha Kuwasa, Pepesthen Saka Kersaning Pangeran (  ALLAH. SWT   ) Ora Ana Sing Bisa Murungake ;

Makna Pangeran (  ALLAH. SWT   ) Iku Maha Kuwasa, Pepesthen Saka Kersaning Pangeran (  ALLAH. SWT   ) Ora Ana Sing Bisa Murungake adalah  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) itu Maha Kuasa, kepastian dari Kehendak  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) tidak ada yang dapat membatalkan.

Makna tersebut duwujudkan dalam sikap dan perilaku siap menghadapi apapun yang terjadi dengan lapang dada.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

35.    Pangeran (  ALLAH. SWT   ) Iku Maha Welas Lan Maha Asih, Hayuning Bawana Marga Saka Kanugrahaning Pangeran  (  ALLAH. SWT   ) ;

Makna Pangeran (  ALLAH. SWT  ) Iku Maha Welas Lan Maha Asih, Hayuning Bawana Marga Saka Kanugrahaning Pangeran (  ALLAH. SWT   adalah  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) itu Maha Penyayang dan Maha Pengasih, keindahan dunia merupakan anugerah-Nya.

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang saling mengasihi dan menyayangi di antara sesame manusia dan menciptakan suasana damai dan sejahtera.

Sikap dan Perilaku tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

36.    Pangeran (  ALLAH. SWT  ) Iku Ngowahi Kahanan Apa Wae Tan Kena Kinaya Ngapa ;

Makna Pangeran (  ALLAH. SWT   ) Iku Ngowahi Kahanan Apa Wae Tan Kena Kinaya Ngapa  adalah  ALLAH. SWT  (Tuhan Yang Maha Esa) itu mengubah keadaan apapun tidak dapat dijangkau dengan dinamika daya piker yang bagaimanapun juga.

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilakusiap menghadapi dan menerima perubahan keadaan yang tidak terduga, dengan penuh rasa tanggung jawab dan lapang dada.

Sikap dan Perilaku tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

37.    Pangeran (  ALLAH. SWT   ) Nitahake Siro iku lantaran saka Biyungiro, Mula kudu Ngurmati Biyungira ;

Makna Pangeran (  ALLAH. SWT   ) Nitahake Siro iku lantaran saka Biyungiro, Mula kudu Ngurmati Biyungira adalah bahwa ibu merupakan seorang yang dipilih  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) sebagai peran serta lahirnya seseorang, karenanya seseorang harus menghormati Ibu.

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku selalu menghormati dan berbakti pada Sang Ibu penuh cinta kasih saying dimanapun, kapanpun, dan dalam keadaan yang bagaimanapun.

Sikap dan Perilaku tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan  orang tua, terutama ibu.











38.    Pangeran (  ALLAH. SWT   ) Iku Ora Mbedak-Mbedakake Kawulane ;

Makna Pangeran (  ALLAH. SWT   ) Iku Ora Mbedak-Mbedakake Kawulane adalah  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) tidak membeda-bedakan makhluknya, artinya  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) mencintai manusia tanpa memandang perbedaan seperti kaya atau miskin, pandai atau bodoh, tua atau muda, cantik ataupun jelek dan sebagainya.

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku mencintai sesame manusia tanpa membeda-bedakan atas dasar status, usia, jenis kelamin dan sebagainya.

Sikap dan Perilaku tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) dan sesamanya.

39.    Pangeran (  ALLAH. SWT   ) Iku Siji, Ana Ing Ngendi-Endi Papan, Langgeng, Sing Nganaake Jagad Saisine, Dadi Sesembahan Manungsa Alam Kabeh, Nganggo Carane Dhewe-dhewe ;

Makna Pangeran (  ALLAH. SWT   ) Iku Siji, Ana Ing Ngendi-Endi Papan, Langgeng, Sing Nganaake Jagad Saisine, Dadi Sesembahan Manungsa Alam Kabeh, Nganggo Carane Dhewe-dhewe adalah  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) itu satu, ada dimana-mana, Langgeng. Menjadi sesembahan manusia sejagat dengan caranya sendiri-sendiri.

Makna tersebut duwujudkan dalam sikap dan perilaku   sadar bahwa yang disembah Manusia sejagad hanyalah sat  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) tetapi caranya yang berbeda-beda, tetap menghormati, menghargai, bersahabat, bersaudara, dan mencintai siapapun sekalipun caranya Manembah kepada  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) berbeda.

Sikap dan Perilaku tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) dan sesamanya.

40.    Pan Kawula Duwene Mung Sifat Derma ;

Makna Pan Kawula Duwene Mung Sifat Derma adalah manusia hanyalah memiliki kewajiban, yakni kewajiban Manembah kepada  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ). 

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku menjalani hidup sebagai sebuah pengabdian kepada  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

Sikap dan Perilaku tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

41.    Pan Kawula Nora Kuwasa ;

Makna Pan Kawula Nora Kuwasa adalah manusia tidak memiliki kekuasaan apa-apa , yang memiliki kekuasaan hanyalah  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku bersahaja, sopan, santun, menghormati,menghargai, bersahabat, bersaudara, mencintai siapapun dan apapun.

Sikap dan Perilaku tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) dan sesama hidup.
 
42.    Pasrah Gesang Dhateng Pangeran (  ALLAH. SWT   ) ;

Makna Pasrah Gesang Dhateng Pangeran (  ALLAH. SWT   ) adalah menyerahkan hidup yang dijalani kepada  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku selalu menerima apapun yang mengenai dirinya dengan lapang dada.

Sikap dan Perilaku tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

43.    Pasrah Marang Pangeran (  ALLAH. SWT   ) Iku Ora Ateges Ora Gelem Nyambut Gawe, Nanging Percoyo yen Pangeran (  ALLAH. SWT   ) Iku Maha Kuwasa. Dene Kasil Orane apa kang kita Sedya Kuwi Marga Saka Kersaning Pangeran (  ALLAH. SWT   );

Makna Pasrah Marang Pangeran (  ALLAH. SWT   ) Iku Ora Ateges Ora Gelem Nyambut Gawe, Nanging Percoyo yen Pangeran (  ALLAH. SWT   ) Iku Maha Kuwasa. Dene Kasil Orane apa kang kita Sedya Kuwi Marga Saka Kersaning Pangeran (  ALLAH. SWT   ) adalah semua upaya yang kita lakukan selalu disertai rasa berserah diri dan bersandar pada kehendak  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku sadar perlunya bekerja dengan sungguh-sungguh, namun sadar pula bahwa  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) yang menentukan hasilnya.

Sikap dan Perilaku tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ). 

44.    Purwa Madya Wasana ;

Makna Purwa Madya Wasana adalah  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) telah menggariskan, awal kehidupan seseorang itu berada dalam kandungan ibu, kemudian lahir, tumbuh, dan berkembang didunia, akhirnya kembali keharibaan  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perlaku selalu mengisi kehidupan dengan perbuatan baik dan menjauhi berbagai larangan  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) sehingga diterima pada saat kematiannya tiba.

Sikap dan Perilaku tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) dan sesama.

45.    Sabgja-begjane kang lali, Luwih begja kang Eling klawan Waspada ;

Makna Sabgja-begjane kang lali, Luwih begja kang Eling klawan Waspada adalah bahwa manusia tidak boleh lupa kepada  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) dan tidak boleh lengah terhadap lingkungan sekitarnya.

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku selalu menyembah  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) dan mempertimbangkan segala sesuatu sebelum bertindak.

Sikap dan Perilaku tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

46.    Sangkan Paraning Dumadi ;

Makna Sangkan Paraning Dumadi adalah bahwa  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) itu Kekal tidak dapat dijangkau oleh daya pikir yang bagaimanapun, Dia adalah asal dan tujuan dari segala yang dihidupkan.

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku secara konsistendan konsekuen menjalani hidup dalam cinta kasih  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ), sehingga perjalanan hidupnya di dunia secara alami selalu memancarkan cinta kasih kepada siapapun dan apapun, dimanapun, kapanpun,dan dalam keadaan bagaimanapun.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) dan sesama hidup.









47.    Sangkan Paraning Urip ;

Makna Sangkan Paraning Urip adalah bahwa  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) itu Kekal tidak dapat dijangkau oleh daya pikir yang bagaimanapun, Dia adalah asal dan tujuan dari segala yang dihidupkan.

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku secara konsistendan konsekuen menjalani hidup dalam cinta kasih  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ), sehingga perjalanan hidupnya di dunia secara alami selalu memancarkan cinta kasih kepada siapapun dan apapun, dimanapun, kapanpun,dan dalam keadaan bagaimanapun.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) dan sesama hidup.

48.    Sujud Manembah Pangeran (  ALLAH. SWT   ) Kang Maha Kuwasa ;

Makna Manembah adalah menghubungkan diri secara sadar: mendekat, menyatu, dan manunggal dengan  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

49.    Sumarah Lan Sumendhe Marang Kersaning Gusti ;

Makna Sumarah Lan Sumendhe Marang Kersaning Gusti adalah semua upaya yang dilakukan selalu disertai rasa berserah diri dan bersandar pada kehendak  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku sadra perlunya bekerja dengan sungguh-sungguh, namun sadar pula bahwa  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa )-lah yang menentukan hasilnya.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

50.    Tansah Ajeg Mesu Budi Lan raga Nganggo Cara Ngurangi Mangan lan Turu;

Makna Tansah Ajeg Mesu Budi Lan raga Nganggo Cara Ngurangi Mangan lan Turu adalah kesadaran bahwa hidup dan jiwa yang bersih terbenruk dari kebiasaan-kebiasaan yang teratur dan tidak makan atau tidur berlebihan.

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku taat beribadah sesuai dengan keyakinannya masing-masing dan menghindari segala makanan dan tidur yang tidak menyehatkan.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) dan dirinya sendiri.
           
51.    Tapa Brata ;

Makna Tapa Brata adalah  menjalankan laku manembah untuk mendekat, menyatu, dan manunggal kepada  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku, menjadikan tapa brata sebagai budaya hidup sehari-hari dengan menghindari nafsu-nafsu, menjalankan puasa dan seabgainya.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa )




  
52.    Tawakal ;

Makna Sumarah Lan Sumendhe Marang Kersaning Gusti adalah semua upaya yang dilakukan selalu disertai rasa berserah diri dan bersandar pada kehendak  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku sadra perlunya bekerja dengan sungguh-sungguh, namun sadar pula bahwa  ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa )-lah yang menentukan hasilnya.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ).

53.    Waspada ;

Makna Waspada adalah selalu awas terhadap segala hal yang tidak sesuai dengan nilai luhur Ketuhanan Yang Maha Esa.

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku setiap perbuatan apapun selalu dilambari rasa Ketuhanan yang Maha Esa.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan   ALLAH. SWT  ( Tuhan Yang Maha Esa ) dan sesamanya.
Read More...